Makan Malam, mewah bila lapar melanda dan tiba2 ada yg mau bikinin telur dadar

Malam ini habis isya sendiri dirumah berkawan pekerjaan yg perlu dilanjutkan mumpung moodnya datang.

Namun perut nggak bisa kompromi, walau bakpia sudah 3 butir mengganjal ditemani sebotol besar air mineral.

Niatnya mau keluar cari nasi bungkus atau nasi kucing atau entah apalah nanti yg didapat diseputaran Canden ini.

Namun kala hendak beranjak, terdengar suara motor tiba, benakpun menduga, Gemma mungkin yang datang, ternyata bukan. Garda yg datang habis dari mancing bareng teman2nya di pemacingan sana, jauh dari Canden.

Kok udah balik? Memangnya udah rampung mancingnya? Tanya ku ke dia.

Udah, bapak. Males mancingnya nggak dapet banyak,....

Haha, namanya mancing betulan kalau susah dapet ikan, beda dengan pemancingan yg di Salatiga dulu, celup joran, happp langsung dapat ikan. Nggak ada seninya kalau itu cah.... kataku padanya.

Berarti dia nggak hobby mancing, hanya suka ngumpulnya.

Bapak sudah makan? Tanya dia. Belum, kataku. Mau makan nggak kamu.? Udsh kok, tadi makan lele hasil pancingan, sahutnya.

Mau digorengin telur nggak, timpalnya. Saya pun langsung nyaut, mau dong, t3lur dadar 2 butir ya, pakai sambel ijonya tante Lia. Kataku dengan semangat.

Pikiran langsung terbayang nikmatnya makan dengan telur dadar pedes. Walau nasinya cadangan buat kucing yg saya b3li tadi siang dan nggak sempat disajikan ke kucing, ya udah ganti tujuan, makan sendiri, haha...

Habis nggak ada yang masak nasi, terpaksa beli lah nasi bungkusan di warung punyanya tukang cukur yg dipinggir sawah sana itu, tukang cukur langganan. Eh kok sebutannya tukang cukur ya, mikir sik sebentar.

Eit, ngaco, nulisnya kesana kemari. Balik ke topik makan telur dadar.

Ah sudahlah, pokoke enak dan saya suka. Nasi dingin plus telur dadar rada gosong tapi belum pahit, asinnya cukup, pedasnya lumayan terasa.

Selesai lah semua pindah t3mpat, ke perut, hehe

Canden, minggu 20 maret 2016 01.25 wib