Seminggu sebelumnya dikontak om Mul, memberitahukan kalau beliau tanggal 23-24 Desember 2011 akan ke Solo, membahas rencana pubar makam keluarga di Buduran.
Pas hari H nya rupanya masih banyak urusan gaweyan yang masih perlu diurus, rencana mau jalan Juma;sore atau malam, batal. DIganti Sabtu pagi, itupun juga tubrukan dengan jadwal pekerjaan yang gak bisa ditinggal begitu saja.
Akhirnya jam 09.00 WIB berangkat dari Yogya, naik D-Tracker , rencana awalnya sih mau pakai mobil milik kontraktor, tapi melihat cuaca cukup cerah, rasanya sayang kalau si D-Tracker gak diajak jalan-jalan, sekaligus test drive lagi jarak jauh.
Ada yang salah waktu jalan, yaitu pakai helm bawaan D-Tracker yang bolong mukanya! Mata perih kena debu, gak bisa melek pas sampai klaten , mestinya pakai kaca mata google biar aman, tapi belum punya sihm jadi ya kriyip-kriyip sambil nahan kantuk.
Maklum, awak ni memang aneh, naik kendaran kalau sudah 30 menit pasti kantuk datang menyerang, gimana bisa touring jarak jauh kalau model begitu ya.
Singkat kata, sampai solo jam 10,30 WIB, lewat nayu udah sepi, langsung saja ke Kadipiro sowan ibu mertua dulu. Dari sana, sejenak istirahat sambil sapa sanak dan ibu, cuci muka dikit, langsung tancap gas ke Nayu, sepi, tante Sri gak ada yang ada hanya perempuan dari Buduran yang biasa bantu-bantu di Nayu.
Dia bilang , semua sudah berangkat ke Buduran kira-kira jam 09.00 WIB tadi. Oke trims mbake, aku langsung aja ke sana, gitu kata ku.
Nayu, Gemolong, Buduran kutempuh dalam waktu 30 menitan, langsung ke makam, ketemu sama mas Adi cucu eyang Hesmu yang lagi nyekar dengan keluarganya.
Berdoa sejenak buat para almarhum di makam keluarga, terus pamitan sama mas Adi, menuju tanah Buduran, tanah keluarga besar Eyang Harjosudiro yang kini dijadikan milik Yayasan Harjosudiro.
Solo, Kadipiro 25 Des 2011 00.25 WIB
Ditulis di Kadipiro, teras bambu